Metro Pos, Boyolali – Kasus kematian Muhammad Ahsan Arrosyid (8) warga Dukuh Karangkidul, Desa Jurug, Kecamatan Mojosongo, pasca Operasi Amandel di RS Hidayah pada Selasa (12/3) lalu masih misteri.Peristiwa itu menjadikan Dinas Kesehatan Boyolali mendatangi RS Hidayah pada Jumat (15/3/2019). Tujuan mereka meminta klarifikasi dokter dan petugas medis RS yang terlibat operasi amandel terhadap Ahsan, karena Ahsan meninggal dunia sekitar satu jam setelah operasi.
Dari hasil klarifikasi itu, tim dokter menduga ada makanan atau minuman yang masuk ke saluran napas setelah operasi.
“Dari pihak RS kecurigaannya ada pada pihak keluarga yang memberikan makan atau minum sehingga tersedak dan masuk ke saluran napas, yang menyebabkan gangguan napas. Ini yang menjadi penyebab kematiannya Ahsan,” kata Kepala Dinkes Boyolali Ratri S. Survivalina
Menurut Ratri, klarifikasi itu menyangkut prosedur – prosedur yang dilakukan RS dalam menangani pasien tersebut.
“Jika prosedur – prosedur sudah dijalankan semuanya, artinya RS sudah melakukan hal yang benar. Sebaliknya, jika ada unsur kelalaian, nanti ada sanksi yang disesuaikan dengan tingkat kelalaiannya tadi,” imbuhnya.
Ratri tidak menampik selain upaya penanganan pasien oleh tim medis, ada penentu lain yakni Tuhan.
“Kalau prosedur memang harus dijalankan secara maksimal atau harus 100 persen. Tapi meski sudah begitu, Tuhan bisa saja berkehendak lain sehingga pasien kemudian meninggal dunia. Ini tidak hanya sekali. Makanya akan kami cek bagaimana prosedur yang dijalankan di RS ini melalui tim kami nanti,” terangnya.
Sementara itu, Direktur RS Hidayah dr.Ida Wulandari mengklarifikasi masalah meninggalnya Ahsan.Bahwa meninggalnya Ahsan pasca operasi amandel yang dilakukan di RS Hidayah sehingga menyebabkan hal yang tidak terduga, dengan adanya kejadian itu Pihaknya langsung membentuk Tim untuk melaksanakan Audit Medis secara lebih spesifik.
Pihaknya akan menelusuri kasus kematian Ahsan dan pihak RS sudah menyampaikan masalah kasus kematian ini kepada Dinkes Boyolali.
Ida mengaku bahwa pihak Dinkes sudah mengkroscek mulai dari ijin RS Hidayah sampai operasional RS, kemudian surat ijin praktek dokter – dokter spesialis yang terlibat langsung dalam proses operasinya.Semuanya tidak ada masalah artinya surat operasional RS masih berlaku, SIP dokternya juga masih berlaku.Maka secara ijinnya tidak ada masalah, dan hasil audit medis sudah disampaikan ke Dinkes Boyolali selaku pembina.
Dr Siregar selaku wakil ketua medis RS Hidayah menambahkan bahwa pengertian audit medis adalah upaya evakuasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medisnya yang dilaksanakan oleh profesi medis.
Tujuan dilakukan audit medis itu untuk tercapai pelayanan medis prima di RS, tujuan khusus untuk melakukan evaluasi mutu pelayanan medis, mengetahui penerapan standar pelayanan medis dan melakukan perbaikan – perbaikan pelayanan medis sesuai kebutuhan pasien standar pelayanan medis.Pelayanan audit medis bersifat obyektif, independen dan memperhatikan aspek kerahasiaan pasien dan wajib di simpan rahasia kedokteran.
Siregar berharap kasus ini tidak menyurutkan sejawat dokter untuk melakukan tugas – tugas mulia melayani pasien, dengan tetap patuh pada SOP dan SPN masing masing dengan lebih mengutamakan komunikasi yang baik dengan pasien, masyarakat harus kritis tanpa menghilangkan respek terhadap dokter.
Terpisah, Fajar kakak kandung Muhammad Ahsan Arrosyid meluruskan bahwa pasca di operasi adiknya belum sempat siuman atau belum sadar sejak keluar ruang operasi hingga kemudian masuk lagi ke ruang ICU, hingga meninggal dunia.
“Kami ingin menegaskan adik saya belum sempat siuman. Adik saya belum sadar sejak keluar dari ruang operasi hingga kemudian masuk lagi ke ruang ICU beberapa saat kemudian,” ujarnya
Menambahkan, Wakidi, Ayah Muhammad Ahsan Arrosyid mengatakan anaknya memang menderita amandel dan oleh dokter Telinga Hidung Tenggorokan (THT) dinyatakan harus dioperasi. Namun setelah menjalani operasi, Ahsan justru meninggal dunia.(Mul).
Komentar