METROPOS.id, Pekalongan – Sekitar 100 kepala keluarga di Dukuh Siberuk, Desa Lambanggelun, kurun waktu 3 bulan ini kesulitan air bersih. Mereka terpaksa berjalan sejauh 2 Km untuk mendapatkan sumber air bersih di hutan pinus.
“sudah menjadi agenda tahunan warga kami selalu kekeringan, memang ada sumber air yang dekat perkampungan warga namun saat kemarau airnya tidak keluar,” ujar Juhiri salah seorang tokoh masyarakat saat di temui media di rumahnya, Senin (8/10/2019) kemarin.
“Alhamdulilah kami saat ini sedang kerja bakti untuk membuat saluran air bersih yang diambil dari Dukuh Bandringan, Desa Tenogo yang jaraknya sekitar 8 Km dari Dukuh kami, setiap hari warga kerja bakti untuk melakukan penyambungan pipa, karena uang bantuan dari Bupati belum cair untuk oprasional di danai oleh salah seorang anggota dewan dari PKB M Nasron,” ungkapnya.
Ditambahkannya, belum lama ini warga Dukuh Siberuk mendapatkan bantuan dari Bupati sebesar Rp 100 juta, namun dana tersebut belum cair.
“sebenarnya kebutuhan kami untuk pengadaan air bersih sekitar Rp 160 juta, namun saat ini baru mendapat bantuan Rp 100 juta belum di potong pajak. Itu juga belum bisa dicairkan. Beruntung ada Pak Nasron yang mau mendanai dulu makanya kami juga harus rela tidak ke ladang, karena harus bekerja bakti menyambung pipa,” paparnya.
Saat ini pekerjaan baru menarik pipa dari sumber mata air nantinya pipa akan di timbun supaya tidak rusak dan akan dibuatkan penampung air besar yang akan di sambungkan ke fasilitas PAMSIMAS.
“Sudah ada fasilitas PAMSIMAS dan instalasinya yang masuk ke rumah warga, tapi tidak ada airnya makanya kami berusaha menambah debit air dengan mengambil dari sumber air yang terletak di desa lain,” tandasnya.
Sementara itu anggota dewan PKB M Nasron saat di konfirmasi via ponselnya tentang hal ini membenarkan adanya warga desanya yang kesulitan air.
“memang Dukuh Siberuk tiap tahunnya kesulitan air, saya sudah berupaya mencarikan bantuan namun belum mencukupi, Insya Allah nanti kekurangannya akan saya danai dengan uang pribadi, saat ini saya juga membantu dengan uang pribadi untuk opresional mereka dan membeli sejumlah alat seperti pipa, karena kalau menunggu uang cair terlalu lama kasihan warga desa,” ujar pria yang sudah dua kali menjabat sebagai anggota dewan ini. (Mit/Red).
Komentar