oleh

Diduga Ada “Pungli” di SMPN 1 Bojong, Agus Kepala Sekolah Enggan Berkomentar

SMPN 1 Bojong, Pekalongan (ft Mit)

METROPOS.ID II PEKALONGAN – Diduga ada praktek Pungutan Liar (Pungli) di SMP Negeri 1 Bojong, Kec. Bojong, Kab. Pekalongan, Jawa Tengah, berdasarkan informasi sejumlah wali murid kepada awak media karena anak mereka dimintai sumbangan untuk pembangunan atau rehab toilet dan pagar sekolah.

“Kemarin saat pengambilan raport kami disodori surat pernyataan kesanggupan memberikan sumbangan. Memang di form surat pernyataan tersebut wali murid tidak di wajibkan untuk menyumbang dan tidak ada nominal yang ditentukan, namun saat pertemuan tersebut di sampaikan secara lisan, minimal sumbangan Rp 200 ribu. Jika belum ada uang atau belum mampu bisa di cicil,” ucap salah seorang wali murid yang enggan namanya di publikasikan.

Berbekal informasi tersebut awak media mencoba melakukan penelusuran dengan mendatangi beberapa wali murid yang anaknya bersekolah di SMP Negeri 1 Bojong, hasilnya mereka menyatakan hal yang sama.

“Memang ada penyampaian secara lisan saat pertemuan minimal Rp 200 ribu per siswa dan surat itu maksimal di kumpulkan hari Senin tanggal 21 Oktober kemarin, makanya istri saya sudah memberikan sumbangan sebesar Rp 200 ribu dan mengumpulkan form tersebut,” papar salah seorang wali murid yang lain.

Saat ditanya apakah sebelum ada pembagian form tersebut sudah ada musyawarah antar pihak wali murid dengan komite, para wali murid mengatakan mereka hanya di undang untuk pengambilan raport dan saat itu ada sosialisasi tentang pembangunan toilet dan pagar, siswa diminta untuk menyumbang minimal Rp 200 ribu dan disodori surat pernyataan.

Sementara itu, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Bojong Agus Tutur, S.Pd, M.Pd., saat di konfirmasi tentang hal tersebut pada Jum’at (25/10/2024) menolak memberikan jawaban dengan alasan itu merupakan program komite.

“Terkait hal itu saya tidak dapat menjelaskan karena merupakan program komite sekolah. Kalau ada yang mengatakan minimal sumbangan Rp 200 ribu, saya rasa itu tidak benar. Karena sampai saat ini ada yang tidak menyumbang hanya mengumpulkan surat pernyataan saja juga kami terima. Jadi tidak menekan harus sekian, namun lebih tepatnya silahkan konfirmasi langsung kepada ketua komitenya,” elaknya.

Untuk mekanisme pengumpulan sumbangan Agus mengakui “memang untuk pengumpulan sumbangan di lakukan di sekolah lewat wali kelas, tapi nantinya akan kami serahkan kepada komite, karena komite kan tidak punya kantor. Tentang siapa yang menyampaikan minimal harus Rp 200 ribu saya tidak tahu menahu karena saat itu saya hanya membuka acara lalu keluar, karena ada acara diluar,” ujarnya.

Terkait adanya wali murid tidak mendapatkan undangan rapat, Agus Tutur mengaku yang mengundang wali murid adalah pihak komite dan sudah di sampaikan undangannya via group WA.

Ketua Komite Sekolah SMP Negeri 1 Bojong, Khozin, saat dikonfirmasi dihubungi via ponsel menyampaikan, “jadi sebelumnya kami melakukan rapat dengan pihak sekolah, kemudian ada usulan dari Wakil Kepala Sekolah (Waka) Sarpras (Sarana dan Prasarana) mengusulkan untuk pembangunan toilet dan pagar sekolah. Sedangkan mengenai undangan untuk walimurid itu dari tata usaha (TU) sekolah, diberikan atau tidaknya kepada walimurid komite tidak tahu, karena itu kewenangan sekolah, bukan komite. Ketika pertemuan dengan walimurid kelas VII dan VIII dari wali murid ada yang menanyakan kira-kira per wali murid itu berapa, sudah saya jelaskan namanya sumbangan itu tidak ada nominal, makanya di surat atau form kesanggupan ada pilihan setuju atau tidak setuju, namun ada wali yang mengatakan bagaimana kalau saya menyumbang Rp 200 ribu. Berlanjut ke kelas VIII sudah saya tegaskan yang mau menyumbang monggo yang tidak mampu atau tidak mau menyumbang kami juga tidak memaksa karena ini kebutuhan siswa bukan kebutuhan komite,” paparnya.

Ditambahkan oleh Khozin, “terbentuknya nominal, minimal Rp 200 ribu itu usulan dari wali murid sendiri, kalau kami selaku komite tidak pernah menominalkan sumbangan. Bahkan ada wali murid yang menanyakan kapan akan dimulai pelaksanaannya pembangunan dan rehab, saya jawab menunggu uang terkumpul kalau memang sudah terkumpul Insya Allah akan kami mulai pelaksanaan pembangunannya pada bulan Desember, itu pun nanti kami sesuaikan dengan anggaran yang sudah masuk,” jelasnya.

Lebih lanjut Khozin mengatakan jika harus sesuai RAB di bagi dengan murid yang ada itu untuk nominal per murid jatuhnya sekitar Rp 400 ribu, “jika kami lihat dari RAB untuk membangun delapan toilet dan membangun pagar serta rehab pagar itu jatuhnya minimal per siswa Rp 400 ribu,” ucap Ketua Komite.

Dijelaskan oleh Ketua Komite untuk RAB pembangunan 8 unit toilet ukuran 30 meter persegi, biaya Rp 79.100.000, untuk pagar itu ada 2, ada yang peninggian 100 meter anggaran Rp 69.800.000. dan untuk pembangunan atau pembuatan pagar baru itu 200 meter anggaran Rp 79.650.000. (Mit/Red)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed