oleh

Sambut Ramadhan,Ratusan Ribu Warga Boyolali Ikuti Tradisi Padusan

-News, Wisata-155 views

Metropos.id,Boyolali – Menyambut bulan suci Ramadan, umat Islam memiliki beragam cara dan tradisi, khususnya bagi masyarakat Jawa. Tradisi Padusan berasal dari kata dasar adus, yang artinya mandi. Padusan ini diyakini telah diwariskan secara turun temurun, sejak nenek moyang.

Tradisi padusan memiliki makna membersihkan jiwa dan raga seseorang yang akan melakukan ibadah puasa, sehingga bersih secara lahir maupun batin. Secara sederhana Padusan diartikan mandi dengan maksud penyucian diri agar dapat menjalani peribadahan di bulan suci Ramadan dalam kondisi suci (secara lahir).

Namun, memang tidak ada aturan baku tentang bagaimana harus melakukan proses padusan. Kendati demikian, masyarakat lazimnya melaksanakan tradisi ini beramai-ramai di sumur atau sumber mata air.

Seperti halnya, Pemeritah Kabupaten Boyolali menggelar tradisi padusan di Umbul Ngaben, komplek wisata Umbul Tirto Marto, Pengging, Kecamatan Banyudono, Sabtu (4/5/2019). Kompleks pemandian peninggalan Raja Surakarta, PB X.

Acara itu pun berlangsung cukup meriah. Diawali dengan kirab budaya dari kantor Kecamatan Banyudono menuju kompleks Umbul Tirto Marto.

Pembukaan padusan ditandai dengan siraman kepada duta wisata atau Mas dan Mbak Boyolali. Siraman berlangsung di Umbul Ngabean, yang dibangun atau peninggalan PB X, Keraton Surakarta. Setelah siraman, Mas dan Mbak Boyolali turun ke kolam berbentuk bundar tersebut.

Sementara itu,Wabup Boyolali, M. Said Hidayat menyampaikan, Padusan acara rutin tahunan dalam rangka menyambut datangnya bulan suci ramadhan, dan pelaksanaan tradisi padusan ini sudah berlangsung turun temurun sejak nenek moyang kita, yang dilakukan setiap menjelang bulan suci Ramadhan.

“Ini merupakan wujud bagaimana kita bersama tetap mampu untuk hadir nguri-uri kebudayaan yang ada di Boyolali ini,” tuturnya saat ditemui usai mengikuti tradisi padusan di komplek wisata Umbul Tirto Marto.

Tradisi padusan, jelas Said, bukan hanya sekedar membersihkan diri. Namun jauh dalam dari itu, juga sebagai simbol untuk menyucikan diri baik jasmani maupun rohani sebelum menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan 2019 ini.

“Padusan bukan hanya bagaimana kita mandi atau secara bersama membersihkan diri, tetapi inilah wujud ajaran yang terus diajarkan bahwa kita harus membersihkan diri kita jasmani maupun rohani, dalam menghadapi bulan ramadhan. Kami berdoa semua dapat dilaksanakan, dapat beribadah dengan sebaik-baiknya,” jelasnya.

Dengan terus lestarinya tradisi padusan ini, diharapkan juga akan semakin bisa mengembangkan kegiatan pariwisata di Boyolali. Juga mampu mendorong bagi desa maupun kecamatan lain di Boyolali, untuk membangkitkan desa sadar wisata.

Menambahkan,Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Boyolali, Wiwis Trisiwi Handayani, mengatakan kegiatan tradisi padusan di Boyolali tak hanya dilaksanakan di Pengging saja. Pemkab Boyolali juga menyediakan tempat untuk padusan di Umbul Tlatar dan Umbul Tirto Mulyo, Desa Kemasan, Kecamatan Sawit.

Namun, cukup banyak pula Umbul di Boyolali yang menjadi lokasi warga menggelar tradisi padusan. Umbul-Umbul tersebut biasanya dikelola oleh pihak desa.

Puncak tradisi padusan berlangsung Minggu (5/5/2019) besok. Sejumlah tempat pemandian itu diperkirakan akan dipadati ribuan pengunjung.

“Untuk di Pengging ini, satu hari besok kita targetkan 4.000 pengunjung,” tandasnya. (Mul/Red).

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed