oleh

Ribuan Warga Cepogo Gelar Sadranan

-News, Wisata-151 views

Metropos.id,Boyolali – Ribuan warga Desa Sukabumi,Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali memadati bangsal Tempat Pemakaman Umum ( TPU ) Puraloyo, Tunggul sari. Pada Minggu (22/4/2019), mengikuti kemeriahan agenda Sadranan.

Tradisi Sadranan merupakan suatu tradisi yang dilakukan turun- temurun sejak tahun 1462 Masehi. Yang menarik, tradisi sadranan digelar bergantian di setiap desa dimulai tanggal pertengahan bulan Ruwah pada penangalan Jawa.

Warga sejak pagi sudah membawa bakul atau tenong berisi 7 aneka makanan untuk dibawa ke makam desa setempat. Makam tersebut sudah dibersihkan sehari sebelumnya.

Warga juga membawa rantang berisi nasi lengkap dengan lauk opor ayam dan sambal goreng. Ada pula kerupuk dan pelengkap lainnya, termasuk pisang serta aneka buah- buahan. Setelah warga berkumpul, dilakukan doa bersama dipimpin tokoh agama setempat.

Menurut tokoh agama Desa Sukabumi, KH Masruri, tradisi sadranan sudah dikenal sejak tahun 1462 Masehi. Dimana masyarakat diingatkan oleh Nabi Muhammad agar mendoakan arwah orang tuanya yang sudah meninggal dunia.

“Masyarakat juga diingatkan agar senantiasa menjalin silaturahmi antar saudara, famili dan tetangga,” katanya.

Doa dimaksudkan untuk memohon kepada Tuhan agar arwah orang tua dan saudara yang telah meninggal dunia diberikan ampunan. Selain itu, arwahnya ditempatkan di surga. Sedangkan sanak famili yang masih hidup diberikan kesehatan dan kemudahan mencari rezeki.

Usai doa bersama, makanan pun dimakan bersama. Bahkan, warga juga saling bertukar makanan. Bagi warga dari luar daerah yang tidak membawa makanan, tak perlu kecewa. Warga setempat dengan senang hati akan memberikan makanan.Imbuhnya

Terpisah, menurut Sri Agus (42) warga setempat mengungkapkan, tradisi sadranan terus dilakukan masyarakat desa Sukabumi hingga sekarang. Bahkan warga asli Cepogo yang bekerja diluar daerah menyempatkan diri untuk pulang ke kampung halamannya.

Lanjut dia, tradisi Sadranan dimulai dari pagi dengan ziarah ke makam leluhur. Sepulang dari Makam bukan berarti tradisi sadranan lantas berhenti, para orang tua pun bersiap di rumah untuk menunggu kedatangan sanak famili yang akan silaturahmi.

Warga pun saling berkunjung ke rumah tetangga. Utamanya, yang berusia lebih muda, bakal berkunjung ke famili yang lebih tua. Hal ini sebagai bentuk penghormatan kepada saudara yang lebih tua.(Mul/Red).

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed